Dalam khotbah Jum'at di Masjid tempat aku tinggal hari ini (29/5), Khotib mengambil judul khotbahnya seperti judul posting ini. Kebetulan waktu itu aku ikuti dengan cermat, dan manggut-manggut menyimak apa yang disampaikan Khotib. (Padahal pada Jum'at-jum'at yang lalu kadang kala kalo Khotib menyampaikan khotbahnya aku terkantuk-kantuk he he...)
Kalo gak salah Khotib mengutip surat Al-Furqon ayat 63. Lalu aku cari di www.googlw.co.id,dan didapat sebuah blog (padahal banyak blog) yang memuat surat AlFurqon itu. Ini kutipannya:"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS: Al-Furqon: 63)
Pada khotbahnya Khotib mengatakan bahwa sebaik-baik orang adalah yang merendahkan diri, tidak sombong dan selalu tawakal di jalan Allah. Merendahkan diri bukan berarti harus rendah diri. Kalo kita dihujat oleh orang, padahal apa yang dihujat itu tidak benar atau tidak kita lakukan atau bukan perangai kita, maka sebaiknya janganlah kita balik menghujat. Tapi jawablah hujatan itu dengan kata-kata yang menyenangkan dan mengandung keselamatan.
Entah kenapa, aku jadi ingat dengan kampanye (pada hal belum waktunya kampanye lho) para Capres dan Cawapres kita yang setiap hari menjadi porsi terbesar semua berita di stasiun TV. Mereka saling menuduh (kalo bukan diartikan menghujat) lawan politiknya tentang hal-hal yang negatif, dan menyatakan (atau mungkin menyombongkan diri) bahwa merekalah Capres dan Cawapres yang paling cocok untuk memimpin Indonesia ke depan, dibanding calon yang lain.
Kemudian pada Blog tadi juga aku dapatkan sebuah kalimat yang sangat menyentuh, (sebenarnya sih dalam materi khotbah Jum'atnya Khotib gak ada materi ini) :
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)
Demikian bahayanya sifat takabur ini, oleh karena itu seorang mukmin harus mengubur dalam-dalam sifat takabur, dan menumbuh suburkan sifat tawadhu'. Apalagi bagi para da'i yang sedang berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu' mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya.
Hakikat ketakaburan adalah, kesombongan yang timbul di dalam batin dengan menghayalkan kesempurnaan ilmu atau amal. Jika ia menghawatirkan kelenyapannya, maka ia pun tidak membanggakan dirinya / takabur, bilamana ia gembira atas kedudukannya sebagai nikmat dari Allah, maka ia bukan membanggakan diri, tetapi gembira atas karunia Allah.
Bilamana ia melihat kepadanya sebagai sifat tanpa memperhatikan kemungkinan lenyapnya maupun pemberi kenikmatannya, tetapi kepada sifat dirinya, maka inilah sifat ujub (takabur) dan ia termasuk sifat yang membinasakan.
Demikianlah. Dari posting ini yang aku ambil dari khotbah Jum'at dan Blog temen, mudah-mudahan menjadi pencerahan (terutama bagi aku sendiri) tentang kerendahan hati, kesombongan dan takabur. Semoga bermanfaat.
memang kita harus rendah hati ,,
BalasHapustapi kalau ada orang yang menhina kita ? apakah yang sebaiknya harus kita lakukan ?